Perserakan/Perkembangan Marga-Marga Batak Toba-Tua.

Marga-marga Terdahulu dan terbesar di Angkola-Mandailing (termasuk padanglawas/bolak) umumnya adalah ranting dari cabang pokok marga yang tiga itu (Borbor Marsada, Lontung dan Sumbu), yakni antara lain di:

a. Angkola;
Marga Harahap dari cabang pokok marga Borbor-Marsada, Marga Siregar dari cabang pokok marga Lontung, dan Marga Hasibuan serta marga Daulae dari cabang pokok marga Sumba.
b. Mandailing;
Marga Lubis dari cabang poko marga Borbor-Marsada dan marga Nasution (ranting marga Pohan) dari cabang pokok marga Sumba.

Foto: Diambil dari Berkas Ekspedisi Toba
(klik)


Leluhur marga Harahap (Datu Singa) sundut (gilir atau graad) ke -7 (1485-1513) karena desakan turunan Sibagotni Pohan (marga Pohan = di luar Toba Holbung) yang lebih cepat biak. Mula-mula bergeser ke Nagasaribu (negeri Pohan Jae Humbang). Dari sana akhirnya bertolak ke langsung ke Angkola dan Padanglawas melalui daerah Habinsaran Toba pada sundut (gilir atau graad) ke -10 (1575-1605), karena terus menerus didesak Sibagotni Pohan.

Marga Siregar mula-mula berserak dari Muara Ke Lobu Siregar (negeri Pohan Tonga Humbang). Juga karena desakan turunan Sibagotni Pohan dari Sana Langsung bertolak ke Pangaribuan (Silindung). Sesudah muali baik disana sebagian bertolak ke Sipirok/Angkola dan sebagian nya lagi menetap bermulim disana (gilir atau graad) ke -10-11 (1575-1605). Kisah perpindahan marga Siregar sebagian menerangkan sebagai berikut:

"Siregar Clan dari Baringin (Humbang,B.S) mencoba memasuki the veri fertile Silindung Valley nearby, yang sudah setled oleh Siopat Pusaron Clan Group. Siregar Clan menyerang dibawah pimpinan Raja Parosangosang saharbangan Siregar = The Big Boss With The Big Jaw Siregar, yang katanya mangalombut babiat (menunggang macan), dan menggunakan onggang (rangkong) untuk Air Reconnaissance. itulah sebabnya maka orang - orang Siregar Barigin/Humbang serta para keturunanya (orang Siregar Sipirok) hingga hari ini tidak boleh membunuh Tigre dan tidak boleh membunuh Rangkong. Sudah dijadikan Totem Oleh Raja Parosangosang-saharbangans Siregar (yang menjadi perebutan antara mara Siregar/Dongaran dengan marga Siregar/Silo-Sorman, B,S).

Serangan ke Silindung Valley gagal, di pukul mundur oleh Lumban Tobing Cavalry di bawah comando Raja Sahurlang Lumbang Tobing. Siregar clan yang sudah 2 generasi kelaparan di Baringin/Humbang terpaksa sambung lagi ke hunger oedeem disitu.

Tiga Generasi kemudian, Siregar Clan dari Baringin/Humbang menyerbu ke Pahae Valley. Gagal!! terpukul mundur oleh Siompul Clan di bawah comando Raja Mananti Situmpul. Dibawah pimpinan raja Onggang Siegar, Siregar terpaksa mundur tidak teratur kembali hunger oedeem di Baringin/Humbang. Sambung lagi 3 generasi. Lebih Jauh di uraikan;
1. Siregar/Dongoran pergi ke Padanglawas dan ke Rantau Parapat Sumatera Timur. sebagian dari             mereka melepaskan pakaian adat Batak dan menjadi orang-orang Melayu (karena adat Batak               menurut anggapan sementara golongan yang beraga Islam ketika itu, adat kafir, B.S)
2. Siregar/Ritonga pergi ke Simangambat dan Padanglawas.
3. Siegar/Ri, Seregar/Pahu dan Siregar/Baumi tanpa cohesion, indier dually pergi merantau. Sampai ke     Tukka/Barus ke Bonandolok/Sibolga, malahan ke Bangkinang/Minangkabau.
4. Siregar/Siagian pergi je Marancar/Baangtoru dan Huraba/Batangtoru.
5. Siregar/Sormin tinggal di pinarung/Pangaribuan
6. Siregar/Salak pergi ke Sipirok/Tanah Batak Selatan.(M.O. parlindungan,hal. 42 dan 45)

Demikian lah unsur-unsur perpindahan marga Harahap ( seluruhnya) dan sbagian marga Siregar dai pusat negeri toba-tua ke Angkola dan Padanglawas. Sedang unsur-unsur 'extern' sebenarnya adalah untuk membendung Expansi dan peneterasi kerajaan Pangaruyung Minangkabau yang merebut dan menguasai bekas daerah kesultanan Haru/Aru  sekitar sungai Barumum, (yang didirikan oleh sultan Malikul Mansur, putera sultan Malikus Saleh dari Sumadera Pasai/Pase secara de fakto pada tahun 1295-1512), yakni yang dihancurkan oleh Portugis pada tahun 1512 (setelah Malaka dirampas oleh Portugis). Dimana Sultan Haru/Aru  di Barumum yang terakhir (ibrahim Al Jalil) ditawan  dan diperalat oleh Portugis yang berpusat di Malaka pada waktu itu,untuk menaklukan samudera pasai. (M.O. Parlindungan, hal 508-520)

Untuk mengimbagi pengaruh marga Harahap dan marga Siregar di Angkola/Padanglawas, sesuai dengan siasat dinasti Tuan Singa Mangaraja; datanglah dari pusat negeri Toba marga Pane, marga Dalimunte (Munte atau Nai Mante), marga Hasibuan, marga Daulae (ranting marga Silalahi) dan lain-lain dari cabang pokok marga Sumba  ke sana tidak lama kemudian. Mengenai perpindahan penduduk dari pusat negeri Toba -tua ke Padanglawas sumber lain menguraikan sebagai berikut;

"Kira-kira abad ke-13 suku Dalimunte (Munte/Naimunte/Dalimunte sundut (gili atau graad) ke-5/1425-1455, B.S.) mendesak Batak yang lama dari udik Labuhan Batu (bekas Batak Haru/Aru,B.S), lalu medudukinya. Demikian suku Tambak dan Hasibuan (sundut gilir atau graad) ke-6/1455-1485, B.S), memnduduki sungai Bila dan Batangpane, karena itu sungai itu dinamakan Batangpanei, artinya sungai Pane (Panei marga Sundut (gili atau graad) ke-7/1485-1515, B.S), menurut nama marga itu.











Belum ada Komentar untuk "Perserakan/Perkembangan Marga-Marga Batak Toba-Tua."

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda Di Bawah ⬇

Iklan Atas Artikel

adSense

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel