Asal Usul Nama Angkola

Pakaian Pengantin Angkola di Museum Batak
sumber: wikipedia.org
Dari mana asal kata/nama "Angkola" (menyebut: Akkola)? Ada yang mengatakan begini: "Demikian lah Ibn Batutah 1345 menyebut, Cakola, maksdunya; Angkola. Orang Eropa pun sebagai Nicola di Conti yang meriwayatkan bangsa Batak 1449, lagi Avardus Barbosa tahun 1516, De Barros tahun 1563 dan Beaulieu tahun 1662"(E. St. Harahap, hal 25). Di hubungkan dengan Ekpedisi raja Rajendra Cola I dari India Selatan ketika menyerang Sumatera Utara dan lain sebagainya pada tahun 1023 dan 1024 (ekspedisi ke-II), di antaranya turut di serang dan dikalahkan; Sriwijaya, Pannai (Pane), Barus. dan Illamuridecant (Illamuri/Lambri di Aceh).

Tidak dapat dipastikan nama/kata "Angkola " (asal kata; Kola), Berasal dari nama Rejandra "Cola" pada awal abad ke - XI. Perkataan/ nama Angkola, pertama sekali kedapatan dalam buku Pustaka Datu-Datu/Guru-Guru di pusat negeri Toba, yaitu dalam kisah perlawanan T. Sori M.(s. ke -3 kira-kira 1365 - 1395)  dari Baligereja ke Angkola Jae (Hilir) dalam rangka mencari "ulat belang tua" (Toba = ulok sibaganding tua), untuk mengambil 'ati' dan 'minyak' untuk ramuan obat istrinya boru Pasribu (puteri turunan Tuan Sariburaja/Sriwijaya?) bernama Nai Suanon  (ibu  Tuan Sorba Dibanua), karena sudah agak lama mandul ( tidak beranak) di Angkola Jae ular tersebut di dapati /diambil oleh tuan Sori Mangaraja dalam sebuah lobang pohon tua keramat (toba = hau ma limuton turi-turi na ruangon, parsiranggutan  ni begu, parsiranggutan ni homang, na  sabalok ni parjabuan bolonna). Dari Angkola Jae Tuan Sori Mangaraja melanjutkan perjalanan ke Barus.

BACA Juga: PERJALANAN "BARUS"

Arti dari perkataan " Angkola' di pusat Negeri Toba, yakni 'Tanah di sebealah selatan' atau Jae (Hilir). Selebihnya di sebealah utara atau 'Julu' (Hula, yakni 'Toba' dan 'Haru/Aru'). Itulah sebabnya maka Tuan Sori Mangaraja sebagai suatu dinasti bergelar: 'Soripada di Julu - Soripada di Jae'  (Seripaduka di Hulu - Saripaduka Hilir) selaku Maharaja Diraja Negeri Toba- tua  Di pusat negeri Toba dalam upacara-upacara  karya adat selalu juga disebut-sebut peribahasa:

"Tangkas pe Purba,
Tangkasan ma Angkola'
Tangkas pe na maduma,
Tangkasan ma na mamora"

Indonesianya:

"Tepat pun Timur,
Lebih tepatlah Selatan,
tepat pun yang berada,
Lebih tepatlah yang kaya"

Baca Juga:  Pakpak - Dairi dan TUAN 'SORI' dan 'SINGA' MANGARAJA

Lahirnya peribahasa ini mungkin mirip dengan lahirnya 'Halo-Halo Bandung' bagi bangsa Indonesia, di sebabkan pada abad ke -17 sampai dengan 18 sasaran perhaian dan perjuangan Batak Toba-tua, lebih di tujukan ke selatan ( Angkola) dari pada ke Timur (Purba Asahan). Dan kebetualn pula kebetulan pula seluruh tanah di Selatan dapat direbut dan dikuasai dari genggaman kerajaan pangaruyung, itulah lebih tepatnya 'Angkola' (Selatan) daripada 'Purba' (Timur);sesaui pula dengan kebudayaan kuno Hindia Belakang yang dianut oleh Cina, dimana mata angin dari bagian Selatan yang paling bnayakk mendapat: Sinar Matahari sebagai salah satu Unsur 'Thien' (Tuhan meraka) yang bernama 'Yang'. Karena itu raja-raja pada zaman dahulukala selau duduk menghadap Selatan. Bangunan-bangunan penting diantaranya istana kuil-kuil nenek moyang selalu didirikan kearah Selatan. Baik pada waktu menerima tamu, Raja selalu menghadap ke Selatan dan tamu di sebelah kirinya disebelah Timur mempunyai kebudayaan lebih tinggi dari Barat. Warna untuk Selatan selalu 'Merah', Timur 'Biru, Utara 'Hitam', dan Barat 'Putih', sedangkan Tenggara yaitu Tiongkok sendiri bewarna 'Kuning'. Pengaruh kebudayaan serupa ini di pusat negeri Toba-tua  juga kelihatan, karena umumnya dala kuta-kuta tua/asli susunan barisan rumah-rumah Batak asli menghadap ke sebelah Angkola/Selatan ('Sopo Batak' menghadap kesebelah Toba/Utara).

Di Sipirok juga kedapatan upacara "Tunggal Panaluan" dan upacara 'Gajah Lumpat' (beralih dari istilah 'Gajah Dompak') dengan gunung saktinya Dlk. Pamelean. sesuadah perang Padri/Bonjol deganti dengan 'Roto Gaja Lumat' sebagai permohonan untuk pemakaman jenazah seorang raja.

Selain daripada itu toba-tua 'Pane-Nabolon' (kilat/halilintar), di waktu duduku tak boleh dengan snegaja ditentang/dihadapi. Konon induk ayam yang sedang bertelur, kata orang tak berani menantang/menghadap kearah kilat atau 'Pane Nabolon'

Baca Juga: Tunggal Panaluan.





Belum ada Komentar untuk "Asal Usul Nama Angkola"

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda Di Bawah ⬇

Iklan Atas Artikel

adSense

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel